Apakah ada efek samping dr pemakaian dot/kompeng kpd anak bayi?



Empeng alias pacifier alias binky ini ternyata menimbulkan kontroversi yang cukup seru di kalangan orangtua (apalagi orangtua baru !). Mungkin Anda termasuk orangtua yang anti, karena pernah mendengar atau membaca pengaruh buruk penggunaan empeng terhadap kesehatan maupun kebiasaan anak. Rekomendasi WHO dalam 10 Langkah Sukses Menyusui, juga melarang pemakaian empeng atau dot pada bayi-bayi ASI.

Tapi tahukah Anda, tidak selamanya si binky ini buruk. Dia juga ada manfaatnya lho, asalkan digunakan pada saat-saat ia benar-benar dibutuhkan (key times), selalu dijaga kebersihannya, dan orangtua tahu kapan menghentikannya sebelum mengempeng menjadi kebiasaan buruk si kecil. Semoga informasi berikut ini dapat menambah wawasan Anda tentang pemakaian empeng.

Bayi tak butuh empeng (pacifier)
Faktanya: Bayi, terutama yang baru lahir, sering perlu ditenangkan. Terutama ketika mereka merasa lelah, bosan atau karena merasa belum nyaman dengan dunia barunya. Semua bayi, bahkan yang baru lahir, punya kebutuhan untuk mengempeng. Sebenarnya, sejak masih di dalam rahim pun janin sudah mengempeng jempolnya sendiri. Mengempeng memberikan efek menenangkan pada bayi sehingga ia dapat membuat dirinya sendiri merasa nyaman. Jika Anda sudah melakukan berbagai cara untuk menenangkan bayi Anda, - menyusui, mengayun-ayun, menggendong, menyanyikan lagu untuknya- tapi tidak berhasil juga, maka memberi empeng sebagai upaya terakhir untuk menenangkan si kecil, juga tidak ada salahnya.

Empeng (pacifier) dapat menyebabkan bayi mengalami bingung puting dan mengganggu kelancaran proses menyusui.
Faktanya: Ada benarnya. Namun, kedua hal itu dapat dihindari kalau empeng digunakan secara bijak. Sesungguhnya, bayi jauh lebih pintar dari yang Anda kira, lho!, dan tentu saja mereka tahu benar perbedaan antara puting ibu dengan empeng. Ketika tiba waktunya untuk menyusu, ibunya lah yang ia inginkan. Meski demikian, jangan kenalkan empeng sebelum bayi Anda memiliki pola menyusu yang stabil, yang biasanya dicapai setelah usia 1 bulan. Tujuannya, agar bayi Anda terlebih dulu menguasai teknik menyusu. Jangan pula berikan empeng untuk menunda waktu menyusui. Sebelum memberikan empeng, pastikan bahwa bayi Anda tidak sedang lapar. Kalau bayi Anda lapar, segera susui dia. Kalau Anda selalu terburu-buru menjejalkan empeng ketimbang menawarkan ASI terlebih dulu setiap kali si kecil rewel, Anda jadi jarang menyusuinya. Akibatnya, produktivitas ASI Anda akan terganggu karena ASI itu diproduksi atas dasar supply on demand. Sebenarnya, penggunaan empeng secara bijak malah membantu untuk meningkatkan kualitas menyusui. Mengapa demikian? Karena, jika empeng dapat menenangkan bayi maka ibu dapat menikmati beberapa jam tidur yang tak terganggu. Dengan istirahat yang cukup, tubuh dan pikiran ibu akan lebih segar. Keduanya merupakan modal untuk meningkatkan produksi ASI.

Penggunaan empeng dapat merusak struktur gigi-geligi anak
Faktanya: Tergantung dari frekuensi, intensitas dan lamanya anak menggunakan empeng. Jika bayi Anda hanya sesekali mengempeng dan hanya sampai ia berumur 1 tahun, maka Anda tidak perlu khawatir dengan perkembangan giginya. Tapi jika anak Anda adalah pengempeng aktif dan meskipun umurnya sudah lebih dari 1 tahun ia masih tidak bisa lepas dari si binky, sebaiknya Anda segera berusaha untuk menyapih si kecil dari empengnya. Karena hal tersebut dapat membuat gigi-geliginya tumbuh tidak sebagaimana mestinya, misalnya gigi menjadi agak maju (tonggos). Meskipun itu masih gigi susu, tetapi perkembangannya juga menentukan pertumbuhan dan letak susunan gigi permanennya nanti.

Susah sekali melepaskan si kecil dari empengnya
Faktanya: Kebanyakan bayi akan mengurangi sendiri ketergantungannya pada empeng di kisaran umur 6 - 9 bulan, ketika ia mulai merangkak dan menjadi lebih tertarik pada hal-hal lain. Saat bayi Anda menunjukkan tanda-tanda tidak atau kurang tertarik pada empengnya, jangan sodorkan empeng lagi. Mungkin akan lebih sulit melepaskan empeng pada saat bayi akan tidur malam. Tapi sebaiknya begitu umur 2 tahun, anak sudah benar-benar lepas dari empengnya. Usahakan untuk mulai menyapih (dari empeng) sebelum anak/bayi berusia 1 tahun. Mungkin orangtua tidak tega, tapi perlu diketahui, proses penyapihan empeng ini jauh lebih mudah dilakukan di usia 1 tahun daripada ketika anak sudah lebih besar (2-3 tahun).

Sekali bayi mengempeng, ia akan tergantung pada benda tersebut untuk bisa tidur.
Faktanya: Ada benarnya, meski hal itu tidak selamanya buruk. Jika empeng dapat membuat bayi Anda cepat tidur dan membantunya membangun rutinitas tidur, tentu hal ini baik bagi Anda dan si kecil. Meski begitu, Anda juga harus mengajarkannya untuk tidak memakai empeng sepanjang malam. Bila bayi Anda sudah pulas dan si empeng terlepas, jangan masukkan kembali empeng tersebut ke mulutnya. Kalau ia terbangun, jangan buru-buru memasukkan kembali si binky, coba gunakan jurus-jurus lainnya terlebih dulu untuk menidurkan si kecil kembali. Pelan-pelan cobalah untuk menciptakan ritual sebelum tidur lainnya, untuk mengalihkan perhatian bayi/anak dari empeng. Membaca buku cerita bersama, misalnya.

Penggunaan pacifier dapat mengurangi resiko sindroma bayi meninggal mendadak (SIDS)
Faktanya: Benar, meskipun tidak berarti mutlak dapat mencegah SIDS. Menurut hasil penelitian (yang dilakukan oleh Fern R. Hauck, M.D., seorang associate professor di bidang pengobatan keluarga di University of Virginia Health System di Charlottesville), bayi-bayi yang menggunakan pacifier ketika tidur ternyata memiliki penurunan resiko mengalami SIDS sebanyak 3 kali dibandingkan mereka yang tidak menggunakan empeng. Karena mulutnya mengempeng, otomatis posisi muka bayi ketika tidur selalu menghadap ke atas (tidak tengkurap), sehingga pernafasannya lebih lancar.

Penggunaan empeng dapat menyebabkan bayi atau batita terkena infeksi telinga.
Faktanya: Benar. Aktivitas menyedot yang terjadi ketika bayi mengempeng dapat menarik cairan dari kerongkongan ke saluran tengah telinganya. Hal ini menyebabkan telinga si kecil lebih mudah terinfeksi bakteri. Teori yang lainnya adalah bayi-bayi bisa sakit akibat terpapar kuman-kuman yang mungkin ada pada empeng dotnya. Karenanya, bersihkan dan sterilkan empeng setiap hari dan jangan biarkan bayi maupun anak Anda yang lain bermain-main dengan empeng tersebut. Sangat dianjurkan, di usia 2 tahun batita Anda sudah bebas dari empeng.

Penggunaan empeng dapat mengganggu/menghalangi perkembangan kemampuan verbal anak (speech problems).
Faktanya : Benar, jika intensitas & frekuensi mengempeng bayi/anak tinggi. Mengempeng membuat bayi/anak merasa tenang, sehingga ia lebih senang mengenyot daripada mengoceh. Padahal dengan mengoceh, bayi belajar berbicara. Kebiasaan mengempeng pada anak batita, membuat anak malas berceloteh. Padahal dengan banyak bicara/berceloteh, anak belajar untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya. Oleh karena itu, jangan berikan empeng pada saat bayi terjaga. Dorong bayi Anda untuk mengeksplorasi lingkungan sekelilingnya, ketika ia sedang terjaga.

Nah, jika Anda memutuskan untuk memberi bayi Anda empeng, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:
-Jangan terlalu dini mengenalkan empeng. Tunggu hingga bayi Anda berusia 2-3 bulan, atau setidaknya 1 bulan.
-Jangan terburu-buru memberikan empeng. Cobalah cara-cara lain terlebih dulu untuk menenangkan atau membuat nyaman si kecil.
-Batasi pemakainnya. Gunakan empeng hanya pada saat-saat dimana berbagai jurus lain untuk menenangkan si kecil tak berhasil. Misalnya, ketika bayi sedang kolik atau sering terbangun malam.Selengkapnya...

Tips Cara Tidur Selama Kehamilan



Sangat penting bagi wanita hamil untuk bisa makan dengan benar, olahraga, dan mendapatkan banyak istirahat. Namun, dengan hitungan bulan yang semakin banyak, Anda mungkin merasa lebihSelengkapnya...

Jika Anak Suka Merusak Barang



Merusak barang-barang merupakan hal yang biasa di kalangan anak-anak. Tahukah kenapa suka merusak? Karena dengan merusak anak-anak menemukan kenikmatan yang lain. Lihat saja ekspresinya ketika membanting barang, pasti dengan tersenyum atau lebih sering terbahak-bahak. Jadi kalau anak tidak boleh merusak mainan lebih baik tidak usah dibelikan, karena pasti dirusak atau minimal dibanting.

Pernahkah mendengar bahwa anak-anak memiliki hasrat yang luar biasa untuk mencari tahu dan melakukan eksplorasi. Ia ingin , misalnya menghancurkan mobil-mobilan agar ia tahu apa yang ada didalamnya, atau melemparkan mainannya ke dinding untuk melihat mainannya itu memantul lagi atau tidak. Seorang anak juga bisa melemparkan mainanya keluar jendela untuk melihat apa yang terjadi ketika mainannya itu jatuh.

Terkadang, anak juga melakukan pengrusakan karena marah yang terpendam dalam hatinya. Ia mengungkapkan kemarahannya dengan merusak barang. Anak memiliki gejolak emosi yang keluar dalam bentuk demikian. Menghadapi hal seperti itu, apa yang harus dilakukan dalam menghadapinya? Menghukum? Jangan!

[http://dmcd6hvaqrxz0.cloudfront.net/2012/06/12/43f50e3534e5212e8992eb90a7c4a814.jpg]

Biarkan saja. Membiarkan ini dalam artian yang positif, maksudnya memberikan kesempatan kepada anak untuk mencari tahu dan mengambil hal positif darinya. Karena kadang anak melakukan pengrusakan itu hanya untuk menguji perhatian orang tua.

Jika orang tuanya tidak merespon, biasanya ia tidak jadi merusak dan beralih ke objek yang lain. Kesimpulannya, seorang anak pasti mengalami ledakan-ledakan emosional. Ia memiliki dorongan untuk merusak barang untuk itu berikan kesempata anak untuk melampiaskan kemarahannya selama tidak membahayakan dirinya atau orang lain.

Menyetop tingkah laku merusak anak, tidak dengan cara menghukum. Misalnya dengan cara melarang. Ketika dilarang sudah merespon larangan tersebut, sebaiknya orang tua bertanya apa yang dikehendaki anak. Jika yang dikehendaki anak tidak mungkin dituruti, berilah penjelasan. Setelah memberi penjelasan secukupnya, ajaklah anak untuk bermain, permainan yang paling disukainya.

Jika sesuatu atau benda yang akan dilempar akan merusak atau membahayakan yang lain atau dirinya sendiri, segera hentikan. Ambil segera, jangan merebut. Jika benda tersebut tajam dan anak tidak mau melepaskannya, pegang saja dan bujuk untuk melepaskannya. Katakan saja bahwa benda yang dipegangnya bisa melukai orang lain. Jangan lupa mengucapkan terima kasih dan memeluknya ketika benda tersebut dilepaskan.

Saat memberi penjelasan, jangan lupa minta anak untuk menjelaskan alasan pengerusakan atau alasan marahnya. Hal ini dilakukan untuk memunculkan rasa tanggung jawab dan rasa bersalah. Pola komunikasi ini sebaiknya dilakukan saat anak dalam keadaan tenang agar anak merasa aman dan nyaman.

Orang tua juga harus memberikan pemahaman bahwa jika ingin meluapkan meluapkan keinginan atau marahnya haruslah dengan cara-cara yang lebih tepat.

Mengasuh anak memang tidak semudah teori-teori psikologi, buku-buku yang banyak beredar bahkan tak semudah menuliskan artikel ini. Tetapi teori, buku, dan berbagai artikel adalah short card-nya karena anak-anak punya punya karakter yang berbeda.

(felly@oktomagazine.com)Selengkapnya...