Kehamilan Saat Spiral Masih Terpasang



Walau dapat dikatakan cukup jarang atau hanya sekitar 3 persen, kehamilan yang tak diharapkan sewaktu-waktu dapat terjadi kala ibu sedang memakai kontrasepsi. Dengan demikian, berarti program KB atau usaha untuk menunda kehamilan yang sedang dijalani menjadi berantakan. Bukan itu saja, si ibu yang menjalani kehamilan ini pun akan selalu diliputi kecemasan. Apakah alat kontrasepsi ini mengakibatkan janin terjadi "apa-apa"?

Umumnya kehamilan dengan alat kontrasepsi masih terpasang terjadi pada alat spiral atau IUD.Walaupun alat kontrasepsi lainnya, seperti kondom, pil KB, dan susuk pun berisiko mengakibatkan terjadi kehamilan yang tak diharapkan pula. Namun yang banyak disorot adalah pemakaian spiral, karena banyak kasus kehamilan terjadi saat ibu mengikuti program KB dengan spiral.

Kontrasepsi spiral sengaja dibuat dari tembaga, dengan tujuan agar sperma yang masuk ke rahim, kapasitasnya berkurang sehingga tak dapat bergerak untuk membuahi sel telur.Ion-ion yang dikeluarkan oleh tembaga, membuat sperma yang masuk ke rahim menjadi kurang kapasitasnya untuk dapat membuahi.

SEDAPAT MUNGKIN DICABUT
Bila pun kadung terjadi kehamilan saat spiral masih terpasang, maka spiral bisa dicabut, terutama bila usia kehamilan di 3 bulan pertama atau diperkirakan kehamilan belum terlalu besar. Dengan mengeluarkan IUD pada awal-awal kehamilan, semakin melipatgandakan kemungkinan terjadinya kehamilan yang berhasil. Mencabutnya pun mudah, dokter cukup menarik benang yang ada di spiral.Karena sebenarnya spiral tak menyentuh janin sama sekali. Spiral terletak di luar kandungan, jadi dokter tinggal menarik benang yang ada di spiral.

Perlunya spiral yang tertanam di mulut rahim tersebut dicabut, karena spiral tersebut mengandung bahan aktif dari tembaga. Ion-ion yang dikeluarkan tembaga itu dapat mengganggu pertumbuhan janin, sehingga dapat mengakibatkan keguguran atau kegagalan kehamilan, kelahiran secara prematur, atau ketuban pecah karena terjadi infeksi di rahim.Namun kalau spiral tersebut sudah tak aktif lagi atau tua, sehingga tak berfungsi lagi, maka tak mempengaruhi kehamilan.

Walaupun demikian, ada juga kehamilan saat spiral masih terpasang tak menimbulkan masalah sama sekali.Biasanya hal ini terjadi bila spiral yang tertanam di rahim ibu sudah mendekati akhir masa kerjanya.Spiral memiliki akhir masa kerja.Ada spiral yang masa kerjanya 5 tahun, ada juga yang 8 tahun. Nah, kalau spiral yang terpasang sudah melampaui akhir masa kerja, si ibu sama saja dengan tak memasang spiral. Kalau pun ternyata hamil, biasanya tak ada dampaknya.

Agar tak terjadi keterlambatan penanganan bila ibu merasa haidnya terlambat atau hanya keluar darah sedikit sekali tak seperti biasanya ketika sedang menggunakan spiral, segera konsultasikan ke petugas kesehatan atau dokter pada saat itu juga. Sebab, jika usia kehamilan lebih dari 3 bulan, pencabutan spiral harus lebih hati-hati dan harus dilakukan oleh ahlinya.

Jika Spiral Tak Bisa Dicabut
Tak usah cemas kehamilan tetap dapat diteruskan.Seringkali memang dokter menemui kesulitan menarik spiral karena benang spiral tak kelihatan.Bila spiral aktif masih terpasang, untuk menghindari terjadinya keguguran, maka kehamilan tersebut harus dipantau secara sangat teliti, misal dengan USG. Pemantauan tersebut untuk mengetahui perkembangan janin di rahim. Sehingga bila ada kelainan dapat segera diantisipasi secara dini.

Terjadi Di Saluran Tuba
Hampir 15 persen kehamilan dengan IUD masih terpasang terjadi dalam tuba fallopi atau saluran tuba, jadi bukan di rahim. Keadaan ini biasa disebut kehamilan di luar kandungan. Biasanya bila hal ini terjadi, justru jadi sangat sulit untuk dideteksi, sehingga kerap membutuhkan pembedahan.Sebab, saluran tuba terlalu sempit dan tipis untuk menampung janin yang tumbuh makin besar. Akibatnya, kehamilan di luar kandungan kerap mendatangkan perdarahan berat di dalam dan biasanya terjadi pada bulan kedua dan ketiga setelah haid terakhir. Ibu akan merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian bawah dan satu-satunya tindakan yang dapat dilakukan adalah pengangkatan tuba melalui pembedahan.Jadi, kehamilan otomatis tak bisa diteruskan.

Aneka Penyebab
Faktor penyebab terjadinya "kebobolan" itu sendiri cukup beragam. Mulai pemasangnya, orang yang dipasang, dan alat kontrasepsi itu sendiri.Untuk subjek atau orang yang memasang alat kontrasepsi, misal, dokter atau petugas yang memasang, salah dalam memilih kasus atau alat yang cocok untuk seorang ibu. Karena bagaimanapun, tak semua alat kontrasepsi cocok dipergunakan semua ibu.

Dokter atau petugas kesehatan yang memasang harus melihat atau mengkaji lagi, bagaimana kondisi si ibu. Misal, tak semua wanita dapat dipasangi spiral. Bila ia mempunyai benjolan di rahim, maka seringkali spiral bisa lepas sendiri. Bila spiral tetap dipaksakan masuk, badan pun akan menolak, sehingga tetap akan keluar lagi dengan sendirinya.

Waktu pemasangan yang tak tepat juga bisa mengakibatkan spiral lepas dari tempatnya. Misal, pemasangan spiral saat si ibu baru 3-4 minggu usai melahirkan, tentu besar kemungkinan spiral akan lepas kembali. Waktu pemasangan spiral yang cocok adalah saat rahim mulai kembali mengecil atau normal, sekitar 40 hari seusai melahirkan. Kalau rahim masih besar, spiral akan lepas dengan sendirinya.

Kerap terjadi di lapangan, dokter atau si petugas tak selamanya memiliki waktu yang cukup untuk melayani pasien secara lebih teliti.Ini bisa terjadi karena banyaknya pasien yang ada atau dikejar target pemasangan.Terutama sekali sering terjadi di RS atau puskesmas yang ramai.
Sehingga pelayanannya kadang tidak secara maksimal atau pemasangan alat kontrasepsi menjadi sembarangan, kurang teliti, atau tidak memilih kasus.

Faktor kedua yang sering terjadi, pengalaman atau jam terbang para pemasang yang masih minim/kurang. Misal, petugas yang memasang masih baru atau belajar.

Sementara dari sisi pasiennya, sering tidak taat kontrol pada jadwal-jadwal kontrol yang telah ditetapkan dokter. Bukan itu saja, harusnya selain kontrol pada waktu-waktu yang telah ditetapkan, ibu pun harus memeriksakan diri ke dokter bila terjadi masalah dengan dirinya. Misal, bila tiba-tiba haid ibu banyak, maka si ibu harus segera kontrol ke dokter. Bisa saja alat kontrasepsi yang dipasang jadi turun atau tak berada pada tempatnya. Sebab, pada pemasangan IUD atau spiral, karena dipasang di rahim, maka kalau haid ibu banyak, alat yang dipasang tersebut bisa turun. Untuk itulah disarankan, ibu yang dipasang IUD harus rajin melakukan kontrol ke dokter.

Para dokter atau petugas kesehatan juga harus memberitahu, hal-hal apa saja yang perlu diketahui oleh si ibu seputar alat kontrasepsi yang terpasang. Namun, lagi-lagi, kendalanya kadang antara petugas medis dan pasien tak memiliki waktu yang cukup untuk saling berkonsultasi atau tukar pikiran. Dengan demikian, informasi yang didapat pasien kurang mendalam.

Agar Tak "Kebobolan"


Untuk mengantisipasi agar tak terjadi kehamilan atau spiral yang dipasang dapat berfungsi dengan baik, berikut ini ada beberapa saran.

1. Ibu juga harus sering melakukan kontrol untuk mengatisipasi spiral bergeser dari tempatnya. Untuk awal-awal pemasangan spiral biasanya pemeriksaan spiral dilakukan sebulan sekali. Bila telah dinilai cocok, masa kontrolnya boleh lebih lama, tergantung petunjuk dokter atau petugas yang memasang.

2. Agar tak terjadi masalah, pasien juga harus memilih-milih tempat pemasangan. Pilihlah tempat pemasangan yang baik, di mana petugas pemasang dan pasien memiliki waktu yang cukup untuk berkonsultasi.

3. Agar hasil yang didapat maksimal atau sesuai harapan, pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya dokter yang menentukan. Yang selama ini sering terjadi, pasien atau ibu sendiri yang menentukan. Padahal, alat kontrasepsi yang ingin digunakan itu belum tentu cocok dengan dirinya.

4. Pemilihan spiral juga harus yang baik. Pada dasarnya semua spiral yang dipasarkan sudah teruji kemampuannya. Namun ada kalanya kondisi kemasannya rusak atau cacat, sehingga dapat mengakibatkan kontrasepsi tersebut bekerja kurang maksimal.

 

Sumber

6 comments:

Unknown

April 17, 2017 at 12:20 PM

Ulasannya sangat jelas dan menenangkan...terima kasih

Dani Azhar

May 13, 2017 at 4:09 AM

Terimakasih penjelasannya

Unknown

June 25, 2017 at 9:33 PM

Dok...
Istri saya baru ketahuan hamil 6 bulan. Sedangkan spiralnya masih terpasang. Gmn yah dok...
Mohon penjelasannya. Terimakasih

Frizca Fellicita Marcelly

December 26, 2017 at 11:29 PM

Dok.. Saya masih memakai spiral.. Pemasangan spiral dilakukan oleh Dokter kandungan yg terpercaya dikeluarga saya, sekitar 4 tahun yg lalu..
Dalam 1 minggu ini, saya mengalami tanda" seperti hamil.. Memang pada saat campur dengan suami, saya baru saja selesai menstruasi..

Yang saya ingin tanyakan, Berbahayakah jika spiral nya masih ada dirahim saya dengan kondisi hamil?

Dan Apakah spiralnya perlu dilepas?

Mohon penjelasannya Dok.. Terima kasih..

Unknown

January 10, 2018 at 1:16 AM

istri saya sudah memasang spiral selam lima tahun kurang 4 bulan..
apa spiral itu masih bekeja??

Airin

May 3, 2018 at 4:12 PM

Saya masang spiral di taiwan 3 tahun lamanya apakah bisa di lepas di indo??